Mahasiswa
ideal adalah mahasiswa yang dapat menggabungkan sisi akademik, organisasi dan
pekerjaan menjadi satu. Sehingga mahasiswa tidak hanya bertujuan mendapat IPK tinggi akan tetepi mengembangkan
kemampuan berorganisasi, kemempuan menjadi pemimpin yang baik, memenaj anggota
dan mengeluarkan pebdapat di depan banyak orang sehinga dapat terjun kedunia
masyarakat yang propesional.
Seorang mahasiswa ideal adalah
seorang yang seimbang. Dia tahu bagian-bagian yang harus diisinya dengan porsi
yang cukup, tidak terlalu berkutat dalam buku-buku tebal perkuliahan, tetapi
tidak teramat ekstrim dengan kegiatan luarnya. Bukan berarti dia orang
pas-pasan dengan segelumit pengetahuan atau pengalaman pada beberapa sudut,
justru karena kesadaran akan pentingnya kuliah dan kegiatan ekstranya, ia
berhasil membuatnya akur, teratur, dan rapi. Dalam menggeluti salah satu
bidang, dia tidak pernah over. Dirinya terlalu mahal untuk fanatik.
Dari sini, dia mengatur siasat untuk tidak terguling. Ia seimbang.
Seorang mahasiswa ideal
mengetahui betul dirinya. Ia tahu titik-titik kelemahan yang harus disembuhkan,
kelebihan-kelebihannya yang lebih baik tidak berubah menjadi kelemahan, hingga
waktu-waktu untuk berhenti dan merenung sejenak—untuk mundur selangkah dua
langkah, guna kemudian meloncat, meletuskan kejutan baru. Dia tahu benar kapan
hatinya capek dan perlu diganti. Kemalasan juga dibutuhkan untuk memijat
urat-urat kaku biar kendor, menjadi sehat dan tidak mudah ringsek. Dia mengerti
gejala-gejala ketidaknormalan dirinya. Dia ahli dalam terapi mengatasi baik kesehatan,
kesakitan—maupun keduanya, serta jasmani, rohani, atau keduanya. Karena sudah
telanjang di depan dirinya sendiri, ia tidak pernah merasa perlu untuk malu.
Segala yang dihantamkan sekitarnya hanya sentilan angin yang menggelitik
dirinya untuk meledek. Dirinya bukan siapa-siapa yang dikenal lebih baik oleh
orang lain. Ia tidak pernah terpengaruh, terseret dalam bisikan, rayuan,
cekikan, atau ancaman siapa pun. Ia mantap dalam pangakuan tubuhnya sendiri.
Tentu, itu tak segores pun mengubah dirinya jadi sombong. Sudah jelas, ia
adalah apa yang setiap hari dilihatnya dalam cermin, tak lebih tak kurang dari
itu. Kalau ada yang meneriakinya lain, meskipun dari jantung hati kecilnya yang
tersesat, ia tak ambil peduli. Ia anggap itu meleset, walaupun itu juga bagian
dari dirinya sendiri.
Mahasiswapun
sangat menjunjung azas kekeluargaan yang tinggi Mahasiswa merupakan makhluk
sosial yang tidak akan bisa bertahan tanpa melakukan interaksi membantu dan
dibantu oleh orang lain. Oleh dukungan teman – teman terdekat pula, mahasiswa
mampu lebih mempercepat perkembangan dirinya. Sejak mahasiswa baru sudah
dikenalkan dengan konsep angkatan. Diajarkan agar tidak mementingkan diri
sendiri dan peduli dengan teman satu angkatan kita. Hal ini diharapkan menjadi
media pembelajaran awal bagi mahasiswa mengenai perlunya jiwa kekeluargaan di
antara mahasiswa. Banyak sekali organisasi mahasiswa yang mencantumkan asas
kekeluargaan. Dengan asas itu lah, mahasiswa bisa menjadi sangat loyal,
mahasiswa bisa berkontribusi maksimal meskipun tidak dibayar dengan materi,
mahasiswa memiliki rasa memiliki yang tinggi terhadap organisasinya.
Ciri-ciri mahasiswa
ideal :
1. Memiliki wawasan
yang luas.
Seorang mahasiswa
dituntut untuk megerti dan menyadari keadaan di sekitarnya. Wawasan yang luas
tidak hanya didapat dari ilmu yang dipelajari di perkuliahan saja, melainkan
juga bisa didapat dari lingkungan sekitar.
2. Mampu membagi waktu.
Masa kuliah merupakan
masa-masa yang terdapat banyak waktu luang. Tinggal bagaimana mahasiswa itu
sendiri dapat mengatur waktu yang dimilikinya, seperti untuk kuliah,
organisasi, hobi, refreshing, dan pacaran. Mahasiswa yang mampu membagi
waktunya dengan baik, kelak akan menjadi seorang mahasiswa yang ideal.
3. Memahami seluk beluk
tempat menuntut ilmu.
Kampus, tempat
mahasiswa menuntut ilmu menyimpan banyak cerita yang tidak akan terlupakan.
Untuk menjadi mahasiswa ideal, mahasiswa harus mengerti seluk-beluk tempat
menuntut ilmunya tersebut. Mulai dari dosen yang mengajar, ruangan belajar,
fasilitas yang tersedia. Dengan mengetahui secara detail, mahasiswa akan mudah
mengakses hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan perkuliahan.
4. Pintar, rajin,
aktif.
Tiga hal ini (pintar,
rajin, aktif) adalah sifat wajib yang dimiliki oleh seorang mahasiswa ideal.
Pintar dalam artian bahwa seorang mahasiswa pintar mengkondisikan diri dengan
sekitarnya. Rajin berarti mengikuti kegiatan yang dipilihnya dengan rajin,
tidak menjalani dengan setengah hati. Aktif yaitu turut serta dalam
kegiatan-kegiatan positif universitas.
5. Pintar berdiskusi.
Sesuai dengan materi
yang didapat pada LKMM pra dasar, mahasiswa itu harus memiliki sikap kritis.
Dengan sikap kritis yang dimiliki, mahasiswa mempunyai kemampuan dalam
berdiskusi. Kemampuan berdiskusi ini sangatlah berguna di masyarakat dan dunia
kerja nantinya. Kemampuan berdiskusi yang baik di masa kuliah akan bermanfaat
dalam menyampaikan pendapat di forum, sehingga tercapailah predikat mahasiswa ideal.
Mahasiswa ideal harus
melayang. Ia tidak mungkin dikatakan sempurna bila ia sudah atau selalu
sempurna. Dia diwajibkan memelihara borok di jidatnya untuk bahan pencambuk
agar tiap hari selalu membersihkan mukanya. Dengan begitu ia membersihkan
dirinya secara rutin, tanpa margin perubahan konsentrasi ketidaksempurnaan yang
mencolok.
Seorang mahasiswa ideal dituntut menyalahkan
dirinya sendiri demi mendekati kebenaran yang licin sekali ia pegang. Ia
memunguti dari mana saja bola-bola mata yang berceceran, mata-mata yang
memiliki pandangan bermacam-macam tentang segala sesuatu yang boleh jadi benar
semua. Dari situ, dengan tebal dan berani ia membedah dirinya sendiri dalam
renungan-tindakannya. Ia menarik benang tak terlihat yang bisa menggelengkan
dan mengangguk-anggukkan kepala sebanyak mungkin orang. Sampai akhirnya, ia
menelurkan aksi yang tidak kacangan untuk mengubah secara plus keberadaan diri
dan bumi yang selama ini dipijaknya.